Zaman saat ini adalah zaman di mana perkembangan pembangunan mengkuti peradaban manusia, di mana bangunan bangunan yang tinggi dibangun, hutan hutan digunduli, bukit bukit dipangkas.
Meskipun tidak bisa diingkari bahwa pembangunan mengikuti peradapan manusia
memang wajib untuk memenuhi kebutuhan manusia, apalagi di Negara berkembang
seperti Inonesia.
Namun terkadang pembangunan mengukuti peradaban zaman ini tidak melihat esensi dari dampak pembangunan yang ternyata juga merugikan untuk Alam Semesta dan kehidupan manusia.
Namun terkadang pembangunan mengukuti peradaban zaman ini tidak melihat esensi dari dampak pembangunan yang ternyata juga merugikan untuk Alam Semesta dan kehidupan manusia.
Hal ini membuat empat pemuda tanggung asal Tenggaron, Kutai Kartanegara, Kalimantan
yang menyebut dirinya “RANTAI”, geram
dengan problematik kehidupan di ranah mereka.
Empat pemuda tersebut adalah Nala Arung (Vokal), Akhmad Akbar Haka Saputra (Drum), David Haka (Bass), dan Dhani Arinda (Gitar) yang merilis album mini yang bertajuk “Hilang Rimba Hilang” yang menganut aliran musik Rock- Stone yang dimix dengan bumbu Grunge.
Empat pemuda tersebut adalah Nala Arung (Vokal), Akhmad Akbar Haka Saputra (Drum), David Haka (Bass), dan Dhani Arinda (Gitar) yang merilis album mini yang bertajuk “Hilang Rimba Hilang” yang menganut aliran musik Rock- Stone yang dimix dengan bumbu Grunge.
Yup! Kita awali dengan artwork
mereka yang dikerjakan oleh “Downcore
Art”. Menceritakan tentang hutan
yang tandus dan gersang dengan segerombolan burung gagak yang berterbangan,
melambangkan bahwa akan ada malapetaka apabila hutan hilang keberadaannya. Secara
otomatis kehidupan manusia akan terganggu meskipun orang-orang tidak sadar
merasakannya, seperti suhu derajat panas
matahari yang dari tahun ke tahun selalu meningkat. Mengenai konten yang ada di dalamnya, “Hilang Rimba Hilang” berisi 6 Track yaitu ‘Generasi Anti Drama’, ‘Then
Comes December’, ’Menderu’, ‘Hilang Rimba Hilang’, ‘Jangan Bicara Cinta’, dan ‘Pesta Orang Tergusur’. Dari yang mereka
sajikan menceritakan dinamika dan problematik yang ada di ranah mereka, seperti hilangnya
fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pola pikir yang primitif dan
individualisme yang tinggi membuat hutan tropis sedikit demi sedikit hilang
dari peradaban.
Well, band ini cukup menarik dan asik untuk disimak, Dengan
suara gitar yang tebal dan “output” yang cukup mumpuni menjadi
salah satu band Rock yang patut diwaspadai, meskipun di Semarang sudah ada band yang seperti ini yaitu ‘Screaming
School’ yang sudah berdiri sejak tahun 2005 – Kini.
Ingin tau lebih lanjut tentang mereka? Silahkan lihat di sini