Band Review : Syuthay

Disaat keluar dari rahim seorang ibu dimulailah kehidupan dengan penuh opini dan isu-isu, ada yang beruntung berada di lingkungan yang elit dan tidak bisa memilih bila mana berada di lingkungan yang krusial. Saya rasa memang manusia  yang berada di lingkungan krusial lebih kreatif dan kritis dalam sebuah opini dan isu isu, mereka ingin mengapresiasikan keadaan yang mereka rasakan di zona mereka. Dan mereka yang  berada dilingkungan elit mayoritas kehidupannya hanya monoton seperti robot dan cenderung menjadi followers dan hanya bisa mencibir.
Berbicara tentang musik, era era saat ini, musik Rock, Heavy Metal sudah kembali berkumandang dikehidupan masyarakat seperti era era tahun 80’an yang saat itu masih didominasi oleh band band seperti  Led Zepplin, Iron Maiden, Motorhead, Black Sabbath, dan Deep Purple. tetapi kali ini tidak akan membicarakan soal pasar, karena ujungnya akan membandingkan antara “A” dengan “B”.  Garis Besarnya adalah konsistensi dan improve yang paling signifikan.  Do you know what my thought, i hope you know.

Mendengar musik Rock, Heavy Metal saat ini sejenak kita lirik Syuthay, band  Rock, Heavy Metal yang dibalut dengan culture suku karo yang berasal dari pulau sumatra tepatnya di kota Medan, Sumatra Barat. Digawangi oleh Friend Enambelas, Adi Galatia, Dedek D.S, Daniel Bonofi dan Christoper Sirait. 5 pemuda belati tersebut telah merilis album mini pertamanya yang bertajuk “Legiun Api Militansi” pada bulan October 2013. Album mini yang berisi 6 track tersebut mengambarkan perjuangan, semangat, movement dan isu isu mengenai kehidupan sosial mereka. Dan tepat sekali kalau mereka memilih “Legiun Api Militansi” sebagai tajuk album mini perdananya.
Well, secara singkat saja mengenai artwork yang terdapat pada sampul album mereka. 

Terdapat 2 kesatria  seorang kesatria yang gagah perkasa yang dikelilingi oleh fosil dan ukiran khas suku karo dan satu kesatria yang menghadap ke arah kiri, masing masing memiliki perannya masing masing.
Saya pikir kesatria yang gagah perkasa menggambarkan keberanian dan perlawanan seperti suatu movement. Dan kesatrian yang di sampingnya adalah sisi kejelekan manusia karena tergambar acuh, seram, galak dan telanjang tidak menggunakan pakian terlihat liar dan emosional .

Ukiran khas suku karo tersebut kembali mengingatkanku kepada sejarah pulau Sumatra yang didominasi oleh suku karo pada 1 Masehi yang sampe saat ini masih dibudidayakan kultur nenek moyang yang berda diranahnya.
Fosil  didefinisikan” menggali keluar dari dalam tanah” dalam segi pengetahuan. Mengenai playlist, “Legiun Api Militansi” berisi 6 buah lagu yaitu ‘Panorama’, ‘Legiun Api Militansi’, ‘Maximum Noise’, ‘Bakar Jalanan’, ‘Syuthay’ dan  ’Hopeless’. Yang disuguhkan mereka memang tanpak beda, dilagu ‘Panorama’ dan ‘syuthay’ dibalut dengan suara suling yang cukup nikmat untuk didengar. Lalu pada “Legiun Api Militansi” dan” Maximum Noise”  ada sedikit unsur metalcore tetapi masih dengan alunan suara distrosi yang tebal dan berat. Next to ending song “hopeless” dengan arasemen Slow Heavy Metal Rock ditambah sedikit unsur Psychedelic yang sedikit membuat otak kita terbuka.
Tetapi semua hasil sound out di 6 buah lagi dalam album mini “Legiun Api Militansi” terdengar kurang menggentak dan “greget”.terdengar sound out yang tenggelam.

Band ini salah satu yang patut diperhitungkan kelak, karena umur mereka yang masih muda, berani mengaplikasikan yang baru diranahnya dan mereka senang mencari fosil ilmu untuk bekal mereka kelak esok. (Teks : @madaaas)